Kesbangpol Sulbar Gelar sosialisasi pendidikan budaya politik bagi pemilih pemula di Mamuju

MAMUJU–Pendidikan politik bagi milenial harus efektif meningkatkan partisipasi generasi muda dalam momentum proses demokrasi. Termasuk di seluruh wilayah Sulbar.

Sejak dini generasi muda harus melek politik, memiliki kecerdasaan sejak awal, sehingga tidak menjadi warga negara yang hanya ikut dalam kontestasi politik.Menurut Sekprov Sulbar, Muhammad Idris DP, generasi milenial saat ini mencapai sekira 60 persen. Sangat besar. Jika tidak ikut terlibat dalam proses demokrasi maka akan berdampak kedepannya.”Peran generasi milenial sebagai anak terdidik menjadi sangat penting, apalagi di era kecepatan tekhnologi saat ini. Harapan kita tidak cukup dengan literasi saja tetapi juga sekaligus mengambil keputusan dengan cepat,” papar Idris.

“Kontribusi generasi muda sangatlah diperlukan mengingat jumlah mereka yang signifikan. Yang dapat mempengaruhi hasil Pemilu dan tentu saja menentukan arah perjalanan bangsa ini lima tahun setelah Pemilu berlangsung,”. Hal itu disampaikan Muhammad Idris saat membuka sosialisasi pendidikan budaya politik bagi pemilh pemula di yang digelar di d’Maleo hotel Mamuju, Kamis (28/07). Bagi Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Barat itu, pendidikan politik bagi pemilih pemula merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Sebab, secara teknis, proses pemilihan di hari pemungutan suara mungkin nanti akan terasa lebih rumit. Utamanya bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan hak politiknya. “Perlu kesadaran kita sebagai pemilih bahwa Pemilu adalah amanah konstitusi sebagai negara demokrasi yang dilaksanakan dalam rangka memilih para pemimpin dan para wakil rakyat yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pemilu bukan semata-mata hanya peristiwa politik atau hanya sekadar memilih untuk menggugurkan kewajiban saja, tetapi Pemilu merupakan bagian dari sebuah perbaikan sosial dan ekonomi,” urai Muhammad Idris.

Di tempat yang sama, Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi meyakini bahwa generasi muda khususnya para pemilih pemula mampu membina sekaligus membawa dinamika politik yang sehat, politik dinamis yang tampa pencitraan. Termasuk politik yang kompetitif namun tetap saling menghargai dan menghormati sesuai dengan etika dan budaya politik yang santun. “Hak politik ini harus kita gunakan sebagai warga Negara yang dilindungi oleh Undang-Undang, makanya kita berpikir bahwa ini penting untuk kita adakan sosialisasi bagi pemilih pemula. Demokrasi itu kebebasan, kita tidak boleh ditekan untuk memilih, siapa yang kita anggap mumpuni dan mampu untuk kita pilih. Memilih juga jangan karena saya kasih, misalnya uang itu apapun itu. Sebab tak akan ada pemimpin yang baik ketika kita memilih seseorang karena dia ngasih uang atau apapun itu. Jangan,” terang Suraidah. Politisi cantik dari Partai Demokrat itu menambahkan, memilih pemimpin hanya karena iming-iming atau karena hal yang sifatnya jangka pendek saja, kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tak akan terwujud dengan sempurna. “Jangan pernah memimpikan suatu kesejahteraan. Inilah yang ingin saya sampaikan, bahwa pendidikan politik itu penting untuk generasi muda untuk melahirkan pemimpin yang baik,” begitu kata Suraidah. Ketua DPRD Sulbar, Suraidah Suhardi.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sulawesi Barat, Herdin Ismail menguraikan, momentum Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Selain sebagai momentum pergantian kepemimpinan secara konstitusional. “Pemilu juga jadi sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi. Sekaligus sebagai momentum bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam seubuah proses politik,” kata Herdin. Bagi Herdin, terdapat beberapa poin penting yang menjadi kunci utama menuju kesuksesan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada di tahun 2024 nanti. Salah satunya adalah garansi integritas dan kualitas dari penyelenggara Pemilu dan Pilkada. “Termasuk integritas dari pemerintah daerah beserta lembaga terkait lainnya yang idealnya harus melaksanakan tugas sesuai tupoksinya. Begitu juga dari para peserta, baik itu Parpol maupun calon yang berkompetisi. Mereka harus mengedepankan prinsip berkompetisi secara sehat, sesuai aturan. Siap menang dan siap kalah. Aparat keamanan pun mesti hadir, berdiri di garis yang tak berpihak, netral. Lalu media massa yang mengemban peranan penting dengan membeberka data dan fakta yang obyektif. Serta partisipasi masyarakat sebagai cerminan keberhasilan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada,” pungkas Herdin Ismail.

Herdin Ismail menambahkan bahwa pendidikan budaya politik bagi generasi muda tersebut untuk meningkatkan kesadaran politik dan meningkatkan kualitas demokrasi saat ini.
“Era saat ini dengan kehadiran generasi milenial jika tidak diajarkan budaya politik sejak awal, maka akan menjadi soal besar di negara kita,” .
Kegiatan ini juga diharap tak sekadar seremoni belaka. Tapi, dapat menjadikan Sulbar sebagai provinsi dengan tingkat partisipasi generasi milenial lebih tinggi dari target nasional.
“Bagaimana mendorong generasi milenial untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi nanti, dengan membuat kanalisasi tanpa harus memaksakan. Kita menunggu target nasional, harus diatas dari target nasional,” imbuh Herdin.

Peserta dari kegiatan tersebut datang dari perwakilan sisa SMA sederajat yang ada di Kabupaten Mamuju. Turut hadir pada agenda hari itu diantaranya; dekan fakultas dakwah UIN Alauddin makassar, Firdaus Muhammad, Ketua LDNU Sulawesi Barat, Nur Salim Ismail, pegiat cerita demokrasi, Haeril Amri, serta Kasubdit Implementasi Kebijakan Publik, Junaidi Muin.

(wacana.info/ chm)

Kesbangpol Sulbar Gelar sosialisasi pendidikan budaya politik bagi pemilih pemula di Mamuju

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *